Senin, 04 Agustus 2008

Obrolan Inspiratif Bersama Zumi Zola


A Meaning Day with Zola. Itu adalah ungkapan yang sangat tepat untuk mendeskripsikan acara ngobrol santai antara Ragazzonline dengan Zumi Zola. Kalau di antara lo pada lupa-lupa ingat dengan nama ini, itu wajar. Karena dia telah cukup lama menghilang dari ‘peredaran’. Meski lo ga kenal ini orang siapa, jangan berhenti buat baca isi bincang-bincang dengan cowok yang satu ini. Ragazzonline bener-bener ga salah milih Zola sebagai partner ngobrol yang kali ini ngomongin tentang Pendidikan. Dia artis atau bukan, Ragazzonline tetap dapet banyak ‘hal’ dari dia! Dan inilah yang bisa kita bagi ke lo semua..

Kenapa Zola memilih kuliah S2 di luar negeri?
Kenapa engga? Alasannya begini, sebenarnya kuliah dimana aja gak jadi masalah ya, di sini juga ada universitas yang bagus. Jadi waktu itu, memang ini keinginan dari orang tua aku untuk pendidikan itu nomer satu. Dari amanat itu trus dipilih, mau ke mana? Kenapa waktu itu milih London, karena setelah dianalisa-dianalisa itu lebih cepat waktunya. Mungkin segala hal bisa dibeli, tapi waktu adalah salah satu hal yang gak bisa dibeli. Kalo saya menghabiskan waktu lebih lama lagi di dalam kelas, gimana kerjanya? Pengalaman? Gak efektif lah. Makanya jatuh pilihan di London. Dan di London, yang saya tau tiap tahunnya mereka (governmentnya) melakukan evaluasi terhadap sistem pendidikan mereka. Oke, saya menghabiskan uang yang tidak sedikit tapi kemudian apa yang saya dapat? Akhirnya dipilihlah London dan alhamdulillah saya lulus tepat waktu, pulang ke sini dan saya juga gak mau membebani orang tua terlalu lama, kebayang dong London dengan Poundsterlingnya itu.

Yang saya kerjakan waktu di sana, ngabisin waktu biasanya di library. Itu sampai sering bangetlah diusir, sampai diberi tau 5 menit lagi perpusnya tutup trus sampai dimatiin lampunya dan keliatan dari CCTV kalo saya masih ada di dalam. Dan karena sering ke library itu saya jadi dekat dengan securitynya

Landasan utama yang membuat Zola memutuskan untuk kuliah S2?
Yang pertama karena amanat orangtua. Dan yang ke dua saya lihat, ini pandangan pribadi saya ya, pendidikan itu salah satu –mungkin bukan jaminan 100% karena semua di tangan Allah tapi kita cuma bisa berusaha semaksimal mungkin- bagaimana kita dapat mempersiapkan masa depan yang lebih baik dan salah satu caranya adalah melalui pendidikan. Kalo ada rezeki, kalo ada kesempatan, saya rasa semua orang akan menggunakan kesempatan itu, terutama saya. Dan lagi saya juga yang paling tua di keluarga, ibaratnya adik-adik saya akan melihat kepada saya, kalo saya males-malesan mereka juga akan sama seperti itu

Mana yang lebih Zola prioritaskan, pendidikan atau karier?
Sebetulnya itu sama-sama. Pendidikan ini akan mensupport karier. Bagi saya pendidikan itu fondasi. Dan kalo kita cuma duduk di kelas, dengerin dosen tanpa melihat apa yang terjadi di lingkungan luar, itu susah juga. Ibaratnya gini deh, orang yang udah sarjana S2 aja kalo masuk ke kantor pasti akan ditanya, pengalamannya apa? Jadi saya rasa, dua-duanya penting


Setelah meraih gelar sarjana S2, bagaimana cara Zola mengaplikasikan ilmu yang telah Zola dapat?
Sekarang saya
udah pegang beberapa proyek. Sebelumnya (sebelum saya berangkat S2) saya punya restoran dan ada beberapa hal yang membuat ini gak jalan, itu saya pelajari banget, kenapa ini gak jalan? Kenapa begitu? Dan kasusnya ini saya bawa ke kelas sewaktu saya di London. Ketika saya pulang, saya juga gak mau lama-lama santai, do nothing, makanya ada beberapa proyek dan yang utamanya itu saya sedang mengerjakan charity project. Saya nulis puisi yang akan saya gabungkan dengan foto, ini kerja sama dengan teman-teman dari London, nanti penjualan foto ini akan diberikan untuk anak-anak cacat di yayasan di Jambi. Kenapa di Jambi? Karena satu, itu punya orangtua. Dan yang kedua, saya udah menganggap mereka kayak adik-adik saya sendiri.

Selain charity project itu, sekarang saya udah punya tim dan sedang berusaha mencari investor untuk produksi film, dan saya jadi produsernya. Nah disitu ilmu saya bisa dipake, bagaimana memanage tim, bagaimana memanage budget dan apa goalnya? Saya masih dalam tahap belajar bagaimana dalam sebuah project bisa mendapatkan goalnya sekaligus mendapatkan profit.


Seberapa besar arti pendidikan buat Zola?
Besar sekali. Kalo gak saya gak akan ngabisin waktu dan uang saya untuk kuliah di London


-biodata Zumi Zola-

Dari jenjang pendidikan yang udah Zola lewati, mana yang menurut Zola paling berkesan?

Paling berkesan? Semua berkesan. Kalo yang paling standart SD-lah. Di SD ada yang namanya ulangan, ujian dan itu berat-lah, apalagi godaan untuk main pastinya masih besar banget. SMP pun begitu, SMA lulus 3 tahun dan tantangan yang baru lagi pas saya di IPB. Itu semua ada level-level barunya. Dan pas S2 saya juga punya tantangan yang baru lagi.

Tapi momen yang paling berkesan buat saya adalah ketika saya menghadapi setiap kesulitan. Misalnya saat saya mengejar dosen pembimbing yang sangat sibuk sekali, itulah yang membuat saya tertantang. Di London, ketemu dosen ada yang waktunya cuma sekali dalam seminggu, itu pun hanya satu jam, dan saya punya pertanyaan 3 lembar. Kalo diemail pasti dibalasnya lama, padahal target saya cuma 1 bulan. Nah yang seperti itu yang paling berkesan buat saya, dimana saya selalu mendapat tantangan dan berusaha untuk menghadapinya, dan setelah itu saya juga harus siap-siap untuk menghadapi tantangan yang baru lagi.

Dulu Zola SMA di SMA mana? Ceritain dong tentang masa SMA Zola.
Saya SMA di Al-Izhar Pondok Labu, angkatan pertama tahun 1995 dan lulus tahun 1998. Alhamdulillah A
liz itu adalah SMA yang sangat bisa memaksimalkan apa yang murid-murid punya. Pasti setahun sekali ada yang namanya bulan bahasa, di kegiatan itu alhamdulillah saya selalu ikut, mau menang mau kalah gak masalah, yang penting saya ikut dan saya tau. Kita gak pernah tau sebatas apa kemampuan kita sebelum kita coba. Saya pernah ikut baca dongeng, baca berita, pidato bahasa Inggris cuma karena saya pengen tau, saya bisa gak sih? Awalnya memang cuma daftar aja lalu dari situ saya bisa tau seberapa besar kemampuan saya. Misalnya, maksimal kemampuan saya cuma 20-60% , ya udah gak papa, yang penting saya tau. Di SMA itu, salah satu fase penting dalam hidup saya adalah bagaimana mengeksplor apa yang saya bisa secara maksimal, dan alhamdulillah saya mendapatkan itu.

Setuju gak kalo masa SMA disebut sebagai masa-masa paling indah?
Saya cuma bisa pesan buat kalian yang masih SMA, udahlah nikmatin aja. Kalo misalnya ada yang bilang SMA itu susah atau apalah, saya sih
suka sedih karena orang itu gak tau apa yang akan dia hadapi selanjutnya. Saya bisa ngomong begini karena saya sudah melewati fase itu.

Gimana sih pendapat Zola tentang sistem pendidikan di Indonesia saat ini?
Sistem pendidikan di sini, so far.. ya yang sempurna itu ga ada lah, tapi yang bisa saya bilang adalah bisa diimprove lagi lah. Karena di semua negara pun begitu. Belajar dari kesalahan tiap tahunnya, kekurangannya apa, kemudian ini bisa dipelajari. Kesalahan di tahun berikutnya apa, kemudian seterusnya seperti itu. Dan saya yakin government jg sangat concern sama kualitas pendidikan generasi muda karena mereka ini akan menjalankan negeri ini nantinya. Dan pendidikan kan salah satu hal pondasi yang sangat penting dan harus kokoh. Ya (ibarat) kalau bangun rumah itu tiangnya salah satunya pendidikan.


Menurut Zola, apa kekurangan dan kelebihan sistem pendidikan saat ini?
Wah, saya ga bisa bilang begitu, karena saya bukan orang government ya. Yang bisa ngomong begitu mungkin menteri pendidikan. (tertawa)

Kalau opini secara orang umum?
Opini, apa ya.. Kalau saya melihat dari fakta-faktanya bahwa kita sempet ada yang juara fisika atau apa, itu bagus ya. Karena kalau misalnya sistemnya jelek, ga mungkin sampe ada yang kesana. Gitu, kan? Dan ini suatu hal yang sangat membanggakan ya bagi kita orang Indonesia.

Apa sih perbedaan signifikan sistem pendidikan di Indonesia dan di luar (London)?
Itu dia, saya ga bisa jawab secara detail ya, karena saya di sana juga cuma dua tahun,di sini juga saya ga tau bagaimana mekanismenya. Takutnya, kalau saya comment terlalu banyak, saya ga punya kredibilitas untuk mengatakan itu ya. Seperti saya bilang, saya liat disini juga udah bagus, karena udah banyak bukti-bukti yang menunjukkan bahwa pemerintah kita dan juga kayak misalnya ada sampoerna peduli sama pendidikan , djarum peduli sama pendidikan, jadi ga cuma government sebenernya yg ingin generasi muda kita maju, tapi juga dari pihak swasta pun begitu.

Menurut Zola, bagaimana sistem pendidikan yang ideal?
Idealnya adalah seharusnya dari tiap tahun ada peningkatan-peningkatan, belaja rdan belajar. Mungkin kita bisa belajar dari negara tetangga, saya ga tau ya kalau disini, tapi yang tadi saya bilang, kalau di London, tiap tahun ada evaluasi. Daripada menunggu 3-4 tahun, kenapa ga tiap tahun. Oke, kembali ke budget negera, karena pasti pakai uang juga. Tapi kalau bisa, ga ada salahnya dilakukan..

Belakangan ini, sering ada berita tentang kekerasan dalam sekolah. Bagaimana pandangan Zola terhadap hal ini, di mana kekerasan bisa terjadi di institusi pendidikan?
Saya sih ironis ya. Saya seorang yang sangat menentang senioritas dalam pandangan negatif. Misalkan, senior memaksakan juniornya untuk respek sama dia, respek itu ga bisa dipaksakan. Itu akan datang dengan sendirinya. Gitu, kan? Saya berteman dengan segala umur kok, dari yang lebih muda dari saya sampai yang lebih tua daripada saya. Satu aja, respek dan niat berteman baik, ga perlu lah dikerjain atau apa dulu. Saya waktu kuliah sangat menentang itu. Jadi Alhamdulillah angkatan-angkatan di bawah saya, ospek-ospek atau dibentak-bentak konyol itu ga ada. Saya pikir buat apa sih? Ga penting, kalau orang bilang oke ini mesti ditampar atau apalah itu, ga penting ya karena buat apa?

Bagaimana caranya biar kita ga males untuk ke sekolah?
Satu hal, mungkin, dari governmentnya sendiri bisa bikin formula yang lebih membuat generasi muda ini merasa senang untuk datang ke sekolah (untuk belajar). Saya ga tau itu gimana ya, tapi yang bisa saya katakan adalah saya pernah jadi murid lah, mungkin yang membuat males adalah punya mental begini, “Saya sekolah untuk orang tua. Bukan buat diri saya sendiri”. Sebetulnya bukan begitu, kalau kita ga punya pendidikan, bagaimana kita menghadapi masa depan? Karena yang namanya masa depan itu ga ada lagi itu orang tua (red- mandiri), itu udah lepas, lho. Jadi, ya mental yang seperti itu harus dihilangkan dulu. Sekolah ini demi kebaikan sendiri. Waktu itu terus berjalan, nanti kalau udah lewat masa-masa ini, terus nanti males deh, “Saya ga bisa ini, saya ga bisa itu, ngelamar pekerjaan susah”. Gimana company mau terima kalau dia ga kredibel. Buat apa? Ya kan? Hilangkanlah mental itu lah, kalau saya bisa kasih pesan ya. Karena saya juga pernah males dateng ke sekolah dan segala macem itu, tapi makin kesini saya belajar lagi dan liat ke belakang, seharusnya saya bisa lebih dapet banyak lagi kalau saya lebih aktif lagi dulu. Gitu kan? Jadi, jangan bikin obstacles sendiri lah, dengan sikap-sikap seperti itu. Itu akan memperlambat kita dan kita udah punya aura negatif, “ah, males ke sekolah”, “ah, sekolah bolos aja”. Rugi dua kali lho itu. Bayar iya, waktu iya. Iya, kan? (sambil tertawa kecil)


Jika Zola jadi menteri pendidikan, apa kiranya yang akan Zola benahi pertama kali untuk bidang pendidikan di Indonesia?
Pertama, saya ga tau kekurangannya apa. Tapi semua pasti ada kekurangannya. Kekurangannya dipelajari dulu. Sebetulnya, gimana kita bisa maju pertama kali ya yang basic aja. Untuk maju kita mesti mengetahui kelemahan kita dulu. Setelah kita bisa menutupi semuanya, dengan sendirinya kita akan lebih maju. Kita jangan bilang, bisa, bisa, bisa, tapi kita mesti tahu dulu apa yang kita ga bisa. Dan kenapa kita ga bisa. Gitu, kan?

Intinya sering evaluasi dan belajar dari hasilnya, ya?
Belajar itu susah lho, karena orang itu suka males buat belajar. Sering merasa udah puas, “Yah, segini cukup, lah.” Padahal ga kayak gitu.

Apa saran Zola untuk generasi muda saat ini?
Mesti termotivasi untuk mendapatkan.. Waktu itu sebenernya sedikit banget, sebentar banget. Saya suka kangen jadi murid SMA lagi, pengen banget sejam aja duduk di bangkunya. Pengen tahu, apa sih yang bikin ngantuk, apa yang bikin suka ngeliatin jam, kok ga istirahat istirahat (tertawa). Pokoknya, kitanya mesti ada mental pengen maju lah. Dan waktu itu ga bisa dikembalikan.

Apa pendapat Zola tentang homeschooling?
Segala sesuatu pasti ada pro dan kontranya ya. Kalau homeschooling gurunya emang akan lebih terfokus terhadap anaknya, itu kelebihannya ya. Negatifnya adalah dia ga berteman. Kalau di dalam kelas kan karakter teman-temannya berbeda, nah dia bisa belajar dari situ. Kan berkembang. Kalau di rumah kan cuma dia dan guru.

Menurut Zola, kenapa Indonesia dari dulu sampai sekarang terkesan ga maju-maju dan terkesan tertinggal dari negara-negara tetangga?
Kalau emang itu terjadi, bahwa kita mengalami penurunan kualitas, yang harus kita tanyakan adalah mengapa itu bisa terjadi? Saya juga ga tau kenapa itu terjadi, tapi jangan punya mental menyalahkan dulu, deh. Kalau murid menyalahkan pemerintah dan pemerintah menyalahkan muridnya, itu akan menjadi lingkaran setan. Gitu, kan? Itu dia, jangan menganggap ini menjadi suatu beban, satu. Dari muridnya dan dari government menganggap pendidikan sebagai suatu hal yang penting karena ini kita membicarakan masa depan yang artinya berpuluh-puluh dan beratus-ratus tahun ke depan. Ini adalah membentuk kualitas masa depan generasi muda negara ini. Kalau misalnya negara lain bisa maju, kenapa kita ngga? Kalau mereka bisa lebih maju, ya kenapa mereka bisa lebih maju? Semua pasti ada alasannya. Ga ada alasan bahwa orang-orang negara lain itu lebih pintar. Kayak China, saya pernah baca, mereka menyiapkan arsitek-arsitek muda untuk Olimpiade, ga perlu dibayar, lho. Ini bicara tentang SDM dan itu berkaitan dengan pendidikan, ya. Nah, kalau acaranya sukses, kan bawa nama negara juga, kan? Bagaimana mereka bisa mencintai negara segitunya. Kalau kita, Individualis kita tuh masih sangat tinggi dan kalau udah begitu, akan sulit untuk maju.

Sejak kapan Zola terjun ke dunia entertainment dan prosesnya seperti apa?
Saya emang suka acting dan waktu SMA saya ikut teater. Sebelumnya di SMP saya juga ikut lomba baca puisi dan dari situ berkembang jadi akting. Saya menganggap puisi sama dengan scenario, masing-masing pasti ada ceritanya dan akan jadi apa saya disitu? Seperti apa karakternya? Jelas itu membuat saya tertantang. Alhamdulillah sewaktu saya di Aliz saya didorong untuk ikut lomba-lomba sampai akhirnya ikut teater.

Saya sangat suka nonton film dan saya terkesan sekali dengan P Ramli. Dia legenda Malaysia dan dia itu talented banget, dia penulis, pemusik, director, producer, semua dia bisa. Dan karena orangtua saya punya VCD filmnya saya jadi kagum, apalagi semua peran bisa dia mainkan dan dari situ saya mulai pengen jadi actor.

Tepatnya saya mulai (ke entertainment) SMA kelas 3. Waktu itu Alicia Djohar, tante saya, ngajak saya untuk ikut produksi sinetronnya tapi sama Ibu saya gak dibolehin karena saya harus serius sekolah. Tapi saya mau, saya fikir why not? Saya suka tantangan, saya suka akting, akhirnya saya ikut di sinetron itu, tapi bukan peran utama karena saya juga gak mau sekolah saya terganggu. Kurang lebih setahun saya malah makin tertarik jadi actor. Tapi begitu saya masuk IPB, dapet UNMPTN, karena gak mungkin kuliah sambil shooting akhirnya stop, paling cuma iklan-iklan aja. Setelah dari IPB lulus S1, alhamdulillah saya masih dikasih kesempatan oleh MD Entertainment untuk main di 2 judul.

Saya memang agak selektif. Saya ga mau sembarangan ambil peran. Yang terpenting adalah saya suka ceritanya, saya suka karakternya dan saya tau dengan siapa saya kerja. Sampai kapanpun saya tetap punya desire untuk jadi aktor. Nantinya saya gak akan sepenuhnya jadi aktor, karena menurut saya jadi aktor masih kurang untuk memenuhi kebutuhan –ini buat saya loh ya-. Mungkin saya akan serius menjadi businessman dengan part-time jobnya menjadi aktor

Mana yang lebih menyenangkan, jadi aktor film, pemain sinetron atau bintang iklan?
Saya melihat tantangannya beda-beda. Kuncinya adalah saya enjoy. Kita bekerja tapi gak punya hati untuk pekerjaan itu jelas itu salah. Pekerjaan itu kayak pacarlah, tapi jangan dipaksain juga karena nantinya bisa menyiksa.. Sejauh ini semuanya menyenangkan karena alhamdulillah saya selalu bisa enjoy dengan apa yang saya kerjakan.

Dari peran-peran yang telah Zola mainkan, yang mana yang paling menantang? Dan bagaimana cara Zola mendalami peran?
Semua peran itu menantang, saya selalu menganggap peran sebagai sebuah tantangan baru. Saya pernah main di sinetron Culunnya Pacarku dengan karakter Mahmudin yang culun. Waktu itu saya ngomong ke Rapi (Rapi Films) ini apa? Mau dibawa seperti apa karakternya? Saya gak mau setengah-setengah. Saat itu justru saya menantang untuk bikin tokoh ini benar-benar culun karena saya gak mau kalo jatohnya malah diculun-culunin.

Pendalaman peran? Saya belajar otodidak. Dari nonton film saya bisa mengambil ilmu untuk mendalami peran, bukan meniru persis ya, tapi mengambil ilmunya.

Dari sekian banyak aktris yang sudah menjadi lawan main Zola, yang mana menjadi lawan main favorit Zola? Agnes Monica mungkin?
Favorit? Saya gak bisa bilang siapa. Semuanya punya kelebihan masing-masing. Chemistrynya juga semuanya dapet. Sama Titi (Kamal) dapet, sama Agnes dapet. Sebisa mungkin saya punya waktu untuk membedah naskah, misalnya di ruang kostum kita dialog dan cari maunya apa dari scene yang akan dimainkan.

Waktu sama Agnes saya sangat enjoy kerja dengan dia. Agnes ambisinya sangat tinggi sekali, itu yang saya suka. Waktu di sinetron Ku Tlah Jatuh Cinta, banyak hal yang kita lakukan bareng. Misalnya satu scene yang panjangnya gak nyampe satu halaman dengan durasi yang paling cuma 1 menit kita bahas bareng. Saya dan Agnes diskusi dan dialognya kita improve sampai durasinya jadi 7 menit, biar tek-toknya dapet. Tapi tentunya kita izin dulu sama sutradaranya dan alhamdulillah waktu itu dikasih kebebasan untuk mainin karakternya. Sayangnya pas sampai di teve, karena ada durasi, scene itu dipotong juga, tapi at least kita enjoy. Kita sama-sama merasa punya tanggung jawab, gak sekedar makan gaji buta dan cuma menghafal naskah. Kita dibayar bukan untuk menghafal, kalo menghafal namanya ujian. Kita dibayar untuk mengerti apa yang karakter ini mau, intonasinya gimana? Ekspresinya? Sedih? Senang? Nangis? Semua pasti harus ada alasannya

Sinetron itu produk gratisan tapi penonton punya kuasa penuh untuk mengganti channel. Kalo di bioskop orang gak begitu, mereka beli tiket, duduk nonton dan kalo jelek ya dihantam aja. Jadi biar sinetron itu gratisan, saya tetap merasa bertanggung jawab untuk memberikan yang terbaik dari yang saya bisa dan alhamdulillah waktu itu respon penonton bagus. Dan saya looking forward-lah untuk kerja sama dengan Agnes lagi.

Seandainya Zola dikasih kesempatan untuk memilih lawan main untuk berakting di sebuah film, siapa yang akan Zola pilih?
Christine Hakim. Alasannya? Film Tjoet Nyak Dhien adalah film pertama yang bikin saya merinding. Saya waktu itu masih SD dan waktu itu saya gak boleh tidur di atas jam 9 malam, tapi hari itu saya boleh tidur jam 11 karena kebetulan bisa nonton filmnya pas malem. Saya merinding banget dan jatuh cinta sama film itu.

Alhamdulillah sekali sewaktu saya di London, waktu itu saya silaturahmi ke tempat Om saya yang kerja di Paris, di UNESCO dan pas ngobrol-ngobrol ternyata Om saya itu sahabat baiknya Christine Hakim. Saya langsung pesan ke Om saya untuk menghubungi saya kalo Bu Christine main ke tempatnya. Sekitar bulan September tahun lalu saya dikabari Ibu Christine mau ke Paris, dan saat itu juga saya langsung terbang dari London ke tempat Om saya. Dan akhirnya saya bisa ngobrol-ngobrol sama Bu Christine, sarapan bareng dan saya menemani beliau selama 2 hari di Paris. Saya bilang ke manager saya, kalo ada kesempatan akting dengan Christine Hakim, gak dibayar juga gak papa. Christine Hakim juga sempat ngasih tips-tips ke saya untuk memilih film dan jelas itu masukan yang penting banget buat saya. Cuma sayangnya setelah pulang dari Paris kita janjian ketemu tapi belum sempat-sempat.

Apa arti kebahagiaan buat seorang Zola?
Bahagia buat saya ketika saya bisa membuat bahagia orang lain. Saya bisa bilang begini karena di yayasan cacat milik orang tua saya itu saya melihat banyak sekali keajaiban. Saya melihat misalnya ada anak buta, dia pintar nyanyi dan entah gimana caranya dia juga bisa main organ, bernyanyi sambil bermain organ. Lalu ada anak tuna rungu yang bisa nari bertiga, mereka tidak bisa mendengar lagunya tapi mereka berusaha keras menghafal gerakan dan ketukannya dan buat saya itu sangat luar biasa.

Puncaknya itu ada anak SMP perempuan, dia gak punya tangan dan dia menulis surat ke saya dan dia menulis pakai kaki. Dia menulis surat untuk saya dan tulisannya sama seperti anak-anak normal lainnya yang menulis pakai tangan. Di suratnya itu dia nulis begini : “Terimakasih, kami sangat bahagia sekali karena Bang Zola bla bla bla….” Dan saya bilang ke mereka, kebahagiaan saya justru timbul karena kalian. Saya banyak belajar dari kalian, banyak sekali. Saya belajar bersyukur dan tidak boleh cepat mengeluh. Saya kagum melihat semangat mereka yang berusaha tetap survive, hidup seperti orang normal dan tidak mengeluh karena keterbatasan yang mereka punya.

Apa arti keluarga buat Zola?
Sangat penting sekali. Ini yang saya terapkan ke adik-adik saya : ‘kalian boleh punya teman, punya geng, punya sahabat, tapi jangan menelantarkan keluarga.’ Kenapa? Karena gak fair kalian memilih teman yang baru kenal kalian bertahun-tahun dan kalian meninggalkan orang yang tau kalian sejak kalian lahir, itu gak fair. Dan saya percaya, sejelek-sejeleknya orangtua, ketika kalian mengalami masalah yang seberat apapun, keluarga adalah orang yang akan menerima kalian. Maka saya bilang jangan pernah kalian mengalahkan keluarga di atas apapun, your blood is first, Kalian boleh sayang ama siapa aja, ama teman, ama pacar, tapi jangan melebihi sayang kalian ke keluarga.

Mungkin karena saya anak tertua makanya saya punya rasa tanggung jawab untuk menyatukan adik-adik saya. Saya berusaha cari cara apa sih yang bisa menyatukan mereka? Gimana sih caranya? Gini deh, mereka sibuk, banyak kegiatan di luar tapi apa sih yang bisa bikin mereka tetap bersatu? Tetap bisa bareng-bareng? Akhirnya kita beli kucing, patungan, Dengan begitu kan ada rasa tanggung jawab. Ngasih makan, bawa ke salon, merawat kalo ada yang sakit dan serunya pas ada yang melahirkan kita pasti panek bareng dan membawa kucingnya ke dokter rame-rame. Saya mencoba untuk selalu menyatukan adik-adik saya. Misalnya tiap week-end, kita lunch bareng karena kita tau tiap senin-jumat kita sibuk masing-masing. Walau cuma sehari dalam seminggu setidaknya kita ada waktu untuk duduk bersama, kita ngobrol dan becanda segala macem. Minggu lalu saya baru beli Nintendo dan sengaja beli untuk seru-seruan main dengan adik-adik saya. Buat saya, saat-saat bersama itu harus selalu ada.

Apa sih prinsip hidup Zola?
Kalo kalian mau maju, jangan pernah bilang engga sebelum kalian mencoba. Kita gak akan pernah tau kemampuan kita kalo gak mau nyoba. Kalo kita udah bilang gak bisa duluan itu namanya kita membentengi diri kita sendiri. Gimana bisa berkembang kalo kita udah bikin benteng sendiri? Kalo udah beranggapan seperti itu nantinya kita selalu berfikir gak bisa dan akhirnya jadi gak bisa apa-apa

5 hal yang harus Zola lakukan sebelum meninggal dunia adalah?
1. Naik haji
2. Membiayai haji orangtua
3. Jadi sutradara, even itu cuma sekali seumur hidup
4. Bisa mendengar dari mulut kedua orangtua saya bahwa saya telah berhasil membuat mereka bahagia. Saya mau mereka melihat saya sukses dan jadi orang
5. Melihat adik-adik saya sukses


3 kata yang paling menggambarkan Zola adalah?
1. Ambisius
2. Suka tantangan
3. Keluarga nomer satu (/haqi & sekar)


Label:

4 Comments:

Blogger w i d y a said...

Subhannallah!!!

Zola not only good-looking but also smart!!!

PUAAAASSSS . . SENEEEENNNGGG!

Btw,,5 keinginan sblum mninggal [jd sdih nulisny] koq ga ad keinginan untuk dpt isteri dambaan y??? hwhehwheee . .

7 Agustus 2008 pukul 09.44  
Blogger r y 2 said...

y ampyun...

is so perfect boy..


kl bisa berandai2..

mw bgt..jadi istrinya zumi..

dagh ganteng...pinter..beragama pulak..

21 Januari 2009 pukul 22.49  
Blogger cicmaniztkayagula said...

wahhhhh
zola ternyata hebat benget yah.....

nge utamain pendidikan

aku juga gitu
karena pendidikan yang bagus kita bisa menatap masa depan yang cerah di esok kemudian.

oh iya satu lagi,zola main di KU T'LAH JATUH CINTA bareng agnes keren banget dehhhh
meski gak sempat nonton tapi liat di youtube, keren abis
andai nemuin dvdnya pasti aku beli.

21 Agustus 2010 pukul 18.06  
Blogger Agenpulsa - Adecell said...

keren

29 Januari 2012 pukul 16.05  

Posting Komentar

<< Home